Kenapa Video Tren Anomali Gambarnya dan Kata-Kata yang Digunakan Aneh?


    Pada awal tahun 2025 ini, media sosial dihebohkan oleh tren video “tung tung tung sahur” dan konten-konten serupa lainnya. Kamu pasti pernah menemukan video seperti ini entah  itu di TikTok, Instagram, atau YouTube. Yang membuat tren ini menjadi semakin menarik adalah cara pembuatannya yang bukan dari ilustrasi manual tetapi menggunakan kecerdasan buatan (AI). Video-video tren tadi tidak dibuat untuk terlihat secara estetis/bagus. Sebaliknya, tren ini tampil degan visual yang sengaja dilebih-lebihkan atau gambarnya terkesan aneh, dan kata-kata yang nggak masuk akal. Namun uniknya ribuan orang bukan cuma menonton, mereka bisa sampai tertawa, bahakan sampai menggunakan kata-kata dari tren tersebut di kehidupan sehari-hari.

    Di tengah berkembang pestanya perkembangan zaman, konten-konten digital seperti tren tadi muncul semakin banyak, bervariasi dan tak jarang durasinya juga semakin pendek, dari tren seperti ini kita pasti pernah bertanya-tanya “kenapa sih konten kayak gini yang kelihatannya aneh dan bahasanya nggak nyambung, justru banyak diminati?”

    Meski tren tersebut kelihatannya nggak masuk akal dan konyol, sebenarnya ada penjelasan psikologis yang masuk akal kenapa konten seperti ini bisa menarik dan membuat kita tertawa. Di sini aku akan menjelasakan menggunakan salah satu teori yaitu Benign Violation Theory (BVT).

    Humor adalah kondisi psikologis yang berkaitan dengan emosi positif dan dorongan untuk tertawa. Banyak juga teori humor yang menyatakan bahwa sesuatu akan dianggap lucu ketika melanggar norma atau harapan tentang bagaimana dunia seharusnya bekerja. Namun di psikologi moral, perilaku pelanggaran norma ini justru bisa memicu emosi negatif seperti jijik bukan tertawa. Teori Benign Violation menyatukan dua pandangan ini dengan menunjukkan bahwa pelanggaran moral yang juga terasa aman bisa memunculkan tawa dan hiburan selain perasaan jijik. Berdasarkan teori Benign Violation (McGraw & Warren, 2010) humor terjadi ketika ada pelanggaran terhadap suatu norma atau harapan, tetapi masih di dalam konteks di mana masih ada rasa aman atau tidak membahayakan. Artinya sesuatu bisa menjadi lucu ketika ada pelanggaran (violation), lalu pelanggaran itu tidak terlalu mengancam atau membahayakan (benign), dan keduanya dirasakan secara bersaan. Selain itu juga (Kant & Norman, 2019) mereka juga menemukan bahwa ada jarak psikologis seperti waktu, tempat, atau hubungan sosial yang juga berperan dalam membuat pelanggaran ini terasa aman.

    Tren absurd pada era digital seperti “tung tung tung sahur” dan tren serupa lainnnya bisa kita lihat dari aspek ini. Secara konten, videonya pasti sering kali menampilkan pelanggaran terhadap ekspetasi kita seperti, visualnya yang terkesan aneh, bahasa yang digunakan terasa tidak ada makna yang jelas dan juga suara  yang digunakan. Namun karean konteksnya adalah sebagai hiburan di media sosial dan dengan suasananya yang tidak terasa mengancam atau membahayakan, para penontonnya bisa mengaggap konten tersebut lucu. Jika kita lihat, jarak psikologis konten ini juga terjadi di dunia maya atau digital, bulan langsung menyasar kepada suatu individu tertentu yang juga bisa membuat pelanggaran ini terasa aman.

    Denga demikian, teori Benign Violation bisa membantu kita untuk sedikit lebih memahami mengapa konten yang terkesan aneh dan tidak masuk akal bisa diterima sebagai lelucon oleh para penontonnya, selama mereka tetap merasa aman dan konteks dari videonya tidak mengancam mereka.


Refrensi:

Kant, L., & Norman, E. (2019). You must be joking! benign violations, power asymmetry, and humor in a broader social context. Frontiers in Psychology, 10(JUN). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01380

McGraw, A. P., & Warren, C. (2010). Benign Violations: Making Immoral Behavior Funny. Psychological Science, 21(8), 1141–1149. https://doi.org/10.1177/0956797610376073

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyelami Tujuan Anomali Digital di era viral konten absurd

Kenapa kita Menonton Hal-hal Absurd dan Tidak Bisa Berhenti?