Kenapa Video Tren Anomali Gambarnya dan Kata-Kata yang Digunakan Aneh?
Di tengah berkembang pestanya perkembangan
zaman, konten-konten digital seperti tren tadi muncul semakin banyak,
bervariasi dan tak jarang durasinya juga semakin pendek, dari tren seperti ini
kita pasti pernah bertanya-tanya “kenapa sih konten kayak gini yang
kelihatannya aneh dan bahasanya nggak nyambung, justru banyak diminati?”
Meski tren tersebut kelihatannya nggak masuk
akal dan konyol, sebenarnya ada penjelasan psikologis yang masuk akal kenapa
konten seperti ini bisa menarik dan membuat kita tertawa. Di sini aku akan
menjelasakan menggunakan salah satu teori yaitu Benign Violation Theory (BVT).
Humor adalah kondisi psikologis yang
berkaitan dengan emosi positif dan dorongan untuk tertawa. Banyak juga teori
humor yang menyatakan bahwa sesuatu akan dianggap lucu ketika melanggar norma
atau harapan tentang bagaimana dunia seharusnya bekerja. Namun di psikologi
moral, perilaku pelanggaran norma ini justru bisa memicu emosi negatif seperti
jijik bukan tertawa. Teori Benign Violation menyatukan dua pandangan ini dengan
menunjukkan bahwa pelanggaran moral yang juga terasa aman bisa memunculkan tawa
dan hiburan selain perasaan jijik. Berdasarkan teori Benign Violation (McGraw
& Warren, 2010) humor terjadi ketika ada pelanggaran
terhadap suatu norma atau harapan, tetapi masih di dalam konteks di mana masih
ada rasa aman atau tidak membahayakan. Artinya sesuatu bisa menjadi lucu ketika
ada pelanggaran (violation), lalu pelanggaran itu tidak terlalu mengancam atau
membahayakan (benign), dan keduanya dirasakan secara bersaan. Selain itu juga (Kant
& Norman, 2019) mereka juga menemukan bahwa ada jarak
psikologis seperti waktu, tempat, atau hubungan sosial yang juga berperan dalam
membuat pelanggaran ini terasa aman.
Tren absurd pada era digital seperti
“tung tung tung sahur” dan tren serupa lainnnya bisa kita lihat dari aspek ini.
Secara konten, videonya pasti sering kali menampilkan pelanggaran terhadap
ekspetasi kita seperti, visualnya yang terkesan aneh, bahasa yang digunakan
terasa tidak ada makna yang jelas dan juga suara yang digunakan. Namun karean konteksnya
adalah sebagai hiburan di media sosial dan dengan suasananya yang tidak terasa
mengancam atau membahayakan, para penontonnya bisa mengaggap konten tersebut
lucu. Jika kita lihat, jarak psikologis konten ini juga terjadi di dunia maya
atau digital, bulan langsung menyasar kepada suatu individu tertentu yang juga
bisa membuat pelanggaran ini terasa aman.
Denga demikian, teori Benign Violation
bisa membantu kita untuk sedikit lebih memahami mengapa konten yang terkesan
aneh dan tidak masuk akal bisa diterima sebagai lelucon oleh para penontonnya,
selama mereka tetap merasa aman dan konteks dari videonya tidak mengancam
mereka.
Refrensi:
Kant, L., & Norman, E. (2019). You must be joking! benign
violations, power asymmetry, and humor in a broader social context. Frontiers
in Psychology, 10(JUN). https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01380
McGraw, A. P., & Warren, C. (2010). Benign Violations:
Making Immoral Behavior Funny. Psychological Science, 21(8),
1141–1149. https://doi.org/10.1177/0956797610376073
Komentar
Posting Komentar