Kenapa kita Menonton Hal-hal Absurd dan Tidak Bisa Berhenti?

 


Di era digital yang serba cepat ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu tren yang sedang viral belakangan ini adalah "Italian brainrot", sebuah fenomena internet yang berisi karakter dan meme absurd seperti trajajero tralala dan tripi tropi. Sekilas terlihat lucu dan menghibur, namun di balik kelucuan itu tersimpan kekhawatiran yang patut diperhatikan.


Banyak remaja dan anak muda yang merasa tertekan oleh tuntutan hidup, ketidakpastian masa depan, dan tekanan sosial. Dalam kondisi seperti ini, konten absurd yang tidak memerlukan banyak berpikir menjadi pilihan pelarian yang cepat dan mudah. Konten-konten seperti ini memberikan hiburan instan tanpa beban, tapi sayangnya justru bisa menjadi pintu masuk menuju kecanduan digital.


Kecanduan adalah gangguan psikologis di mana seseorang menjadi sangat bergantung pada suatu kebiasaan atau zat untuk merasakan kesenangan sesaat. Sayangnya, dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa merusak kesehatan mental dan fisik, menurunkan produktivitas, dan merusak hubungan sosial.


Untuk memahami fenomena ini, kita bisa merujuk pada dua teori psikologi:

1. Operant Conditioning oleh B.F. Skinner

Teori ini menjelaskan bahwa perilaku manusia terbentuk oleh konsekuensi yang menyertainya. Jika kita merasa senang setelah menonton video lucu, otak akan mengasosiasikannya sebagai “hadiah”, sehingga kita terdorong untuk melakukannya lagi dan lagi. Inilah yang disebut dengan reinforcement loop—lingkaran kebiasaan yang bisa menjerumuskan seseorang pada kecanduan.

2. Teori Flow oleh Mihaly Csikszentmihalyi

Flow adalah kondisi mental saat seseorang begitu tenggelam dalam suatu aktivitas hingga lupa waktu dan merasa sangat menikmati prosesnya. Konten digital yang mengalir terus-menerus tanpa hambatan bisa menciptakan efek flow yang membuat kita sulit berhenti. Namun, terlalu lama berada dalam kondisi ini justru bisa menyebabkan brainrot—penurunan kemampuan berpikir akibat overstimulasi.


Islam juga mengingatkan umatnya agar selalu bijak dan berhati-hati dalam menerima dan mengikuti informasi. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 36:

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

Ayat ini menegaskan pentingnya tanggung jawab atas apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk tidak mudah terpengaruh oleh tren yang tidak bermanfaat dan selalu menjaga keseimbangan antara hiburan, kewajiban, dan akal sehat.


Fenomena Italian brainrot adalah cerminan nyata dari bagaimana anak-anak dan remaja saat ini bisa terjebak dalam konten digital yang berlebihan. Meski terlihat sepele dan menghibur, terlalu sering terpapar konten semacam ini bisa membuat otak lelah, menurunkan daya pikir, dan menjauhkan kita dari aktivitas yang lebih bermanfaat.


Kita tidak harus anti hiburan, tapi perlu bijak dalam memilah apa yang kita konsumsi secara digital. Tahu kapan harus berhenti, tahu mana yang layak diikuti, dan tahu kapan saatnya kembali fokus pada hal-hal yang lebih penting. Karena pada akhirnya, waktu, pikiran, dan perhatian kita adalah tanggung jawab yang akan dimintai pertanggungjawaban.


Referensi : 

Patriana, P. (2025). PENDEKATAN PSIKOLOGIS TERHADAP KECANDUAN. Al-SAMBASY: Jurnal Studi Pendidikan , 1 (2), 42-51.

Catania, AC (1984). Behaviorisme operan BF Skinner. Ilmu Perilaku dan Otak , 7 (4), 473-475.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyelami Tujuan Anomali Digital di era viral konten absurd

Kenapa Video Tren Anomali Gambarnya dan Kata-Kata yang Digunakan Aneh?